masa itu lebih baik dri emas

Wednesday, March 24, 2010

Kisah Abu Ubaidah bin Jarrah

Abu Ubaidah bin Jarrah masuk Islam atas ajakan Abu Bakar. Setelah ia sadar dengan ajakan Abu Bakar, berangkatlah ia bersama Abdurrahman bin ‘Auf, Uthman bin Maz’un dan Arqam bin Abi Arqam untuk menemui Rasulullah. Di depan Rasulullah mereka sama-sama mengucapkan kalimat syahadah. Setelah masuk Islam, Abu Ubaidah sedari bahwa seluruh yang ia miliki harus sepenuhnya diberikan untuk Islam. Bukan setengah atau pun sebagiannya.

Abu Ubaidah adalah seorang pemuda yang gagah berani yang sangat ditakuti oleh musuh-musuhnya dan susah sekali untuk di kalahkan. Saat terjadinya perang Badar, Abu Ubaidah tampil kedepan, memerangi tentara musyrikin. Tatkala Abu Ubaidah sedang berhadapan dengan musuh, tiba-tiba ia dikejutkan oleh seorang lelaki yang mengasuhnya sejak kecil. Ayah kandungnya yang masih musyrik. Sebelumnya dia sudah berusaha agar tidak bertemu ayahnya di tengah-tengah kancah peperangan.Tapi apa hendak dikata, peperangan saat itu bukanlah peperangan antara kabilah atau peperangan yang hanya untuk mempertahankan status quo. Akan tetapi adalah peperangan antara haq dengan batil, yang tidak mungkin disatukan selama matahari masih terbit dari timur. Akhirnya, dengan keimanan yang menyala-nyala terjadilah pertarungan antara anak dengan ayah, yang berakhir dengan gugurnya sang ayah di depan matanya sendiri.

Di saat peperangan sedang berkecamuk, Rasulullah sempat terjatuh sehingga gigi depannya retak, keningnya luka, dan pipinya kena dua mata rantai perisai. Melihat keadaan itu, Abu Bakar kasihan dan ingin mencabutnya, tapi ia dicegah oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. “Biarkan sy yang melakukannya,” pintanya. Abu Ubaidah tahu kalau itu dicabut dengan tangan pastilah Rasulullah kesakitan. Akhirnya ia mencoba mencabutnya dengan gigi depannya. Disaat mata rantai pertama tercabut, giginya masih utuh dan kuat. Namun ketika mencabut mata rantai kedua giginya pun ikut tercabut juga. Saat itu Abu Bakar berkata, “Sebaik-baik gigi yang terputus adalah gigi Abu Ubaidah bin Jarrah.”

boleh kita lihat dari perkataan Umar bin Khattab. Pada suatu kesempatan Umar bin Khattab mengajukan pertanyaan kepada para sahabat, “Tunjukkan kepada saya cita-cita tertinggi kalian.” Salah seorang dari mereka mengacungkan tangan dan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sekiranya rumah ini penuh dengan emas, akan saya infakkan seluruhnya di jalan Allah.” Umar pun mengulangi pertanyaannya, “Apa masih ada yang lebih baik dari itu?” Lantas sahabat yang lain pun menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, sekiranya rumah ini dipenuhi dengan intan, emas dan permata, niscaya akan saya infakkan seluruhnya di jalan Allah.” Umar bin Khattab kembali bertanya dengan lafazh yang sama. Merekapun serentak menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, kami tidak tahu lagi apa yang lebih baik dari itu.” Umar bin Khathab kemudian menjelaskan, “Cita-cita yang terbaik adalah seandainya ruangan ini Allah penuhi dengan pejuang muslim seperti Abu Ubaidah bin Jarrah yang jujur, adil dan bijaksana.”

Menjelang wafatnya, Khalifah Umar pernah berkata, “Kalau Abu Ubaidah masih hidup maka aku akan menunjuknya sebagai khalifah penggantiku. Dan bila kelak Allah bertanya tentang apa sebabnya, maka aku akan menjawab, ‘Aku memilihnya karena ia seorang pemegang amanat umat dan pemegang amanat Rasulullah.’”

Demikianlah kekuatan kepribadian Abu Ubaidah bin Jarrah. Ia tidak pernah mundur dalam memperjuangkan kesucian Islam. Tenaga, harta, waktu, dan jiwanya ia korbankan demi Islam dan kejayaan umat.

No comments:

Post a Comment

 

Design by Amanda @ Blogger Buster